Wednesday, September 9, 2009

Gempa 7,3 SR, 2 September 2009

Seminggu yang lalu, Rabu, 2 September 2009 terjadi gempa sebesar 7,3 SR dengan pusat gempa Tasikmalaya. Walaupun pusat gempa di Tasikmalaya, namun di Jakarta pun getaran sangat terasa apalagi aku berada di lt 31 Menara Standart Chartered. Ternyata kepanikan juga terjadi secara umum untuk penghuni gedung-gedung bertingkat, apalagi lantai 31.

Dengan panik, cemas, terburu2 kami turun dari lt 31 dengan memakai tangga darurat tentu saja dengan rebutan. Pada saat turun tangga, getaran gempa masih terasa. Detik2 menegangkan pun terjadi di tangga darurat yang penuh sesak dengan orang2 yang semuanya berrebut turun dengan segera. Tak terbayangkan proses desek2an di tangga darurat. Orang2 pun dengan serta merta menyebut Asma Allah dengan tanpa dikomando lagi. Menghitung mundur pun dilakukan mulai dari 31, 30, 29, 28, 27, 26, 25, 23, 22, 21, 20, 19, 18, 17, 15, 13, 12, 11, 10, 9, 8, 7, 6, 5, 3, 2, 1, G, LG, keluar..kira2 setengah jam kita baru sampe bawah. Alhamdulillah....

Alhamdulillah, lega, gemeteran, panik, was-was, semuanya campur aduk jadi 1. Begini to yg namanya gempa..Ga mau lagi ngerasain, apalagi dibarengi dengan turun tangga dari lantai 31, hufhh...

Ini foto yg diambil oleh Bonardo, waktu gempa (berbondong2 turun tangga)..



Dan ini foto waktu di bawah, setelah gempa, waktu menunggu instruksi selanjutnya dari pihak gedung..

Monday, September 7, 2009

Pupuk Nasionalisme Dengan Melestarikan Kebudayaan Lokal

Pada hari Minggu, 30 Agustus 2009 yang lalu, aku jalan-jalan ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII). TMII merupakan miniatur Indonesia, di dalamnya berisikan berbagai macam kebudayaan lokal Indonesia yang beraneka ragam. Sayang sekali kondisinya kurang mendapat perhatian.

Contoh kebudayaan lokal yang dimiliki Indonesia antara lain rumah adat Joglo, Gadang, Limas, Tari Lilin, Tari Topeng Reog, Tari Pendet, lagu Jali-jali, Kicir-kicir, Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama, Ronggeng, Gamelan, Angklung, Kecapi, Wayang, Tortor, Patung Budha, Keris, Asmat, Batik, Ulos, Songket, Sinden, Babad Tanah Jawa, Hang Tuah dan lain sebagainya.

Diantara kebudayaan lokal yang di miliki Indonesia ini, baru-baru ini ada yang diklaim oleh negara asing sebagai kebudayaan asli mereka, yaitu Tari Pendet. Padahal Tari Pendet ini merupakan tarian hasil ciptaan Wayan Rindi sekitar tahun 1950 di Bali. Sebelum Tari Pendet yang diklaim, Angklung, lagu Rasa Sayang-sayange, Reog Ponorogo, Batik juga pernah diklaim sebagai budaya lokal negara asing. Hal ini membuat pemerintah bangsa Indonesia menjadi geram.

Melalui pejabat yang berwenang yaitu Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar), Jero Wacik, sedang berusaha menjadikan Batik dan Angklung sebagai Intangible Heritage (produk kebudayaan tidak berbentuk benda) versi UNESCO yang diperkirakan akan selesai pada Oktober 2009. Dan pada tanggal 2 Oktober 2009 nanti, UNESCO akan mengukuhkan Batik sebagai World Heritage (Warisan Budaya Dunia).

Sebelumnya, pada tahun 2003, Wayang sudah terdaftar di UNESCO sebagai Intangible Heritage. Keris juga diakui sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity. Semoga saja usaha ini dapat terlaksana dengan baik dan kebudayaan lokal Indonesia dapat terpelihara dan dikemudian hari tidak diklaim lagi oleh Negara asing.

Melihat fenomena yang terjadi, mari kita sebagai bangsa Indonesia ikut memelihara dan menjaga agar budaya-budaya lokal tidak diklaim oleh negara asing sebagai budaya lokal mereka. Peran serta semua warga negara beserta aparat sangat diperlukan untuk menjaga kelangsungan budaya lokal dan juga pelestariannya. Terkadang dengan adanya klaim-klaim yang dilakukan oleh bangsa asing yang seperti ini membuat nasionalisme jadi tumbuh subur karena sama-sama merasa tidak terima dengan perlakuan bangsa asing.


Artikel ini juga diikutsertakan dalam "Kompetisi Menulis Artikel Se-JAGAD MAYA"

di sini